<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d14240855\x26blogName\x3dRoti+Kehidupan\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://rotikehidupan.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://rotikehidupan.blogspot.com/\x26vt\x3d7614777923663700016', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbingku ke air yang tenang....

Other Blogs

  • My Blog
  • My Pictures
  • My Recipes
  • My Bread of Life

Previous Posts


Archives




Blogwise - blog directory

Blogarama - The Blog Directory

Roti Kehidupan

Wednesday, July 20, 2005
Sia-sia Di Luar TUHAN
Disadur dari khotbah Pdt. Dr. Benny Santoso, Ph.D.
Keb 2, Minggu, 10 Januari 1999
oleh Yuyu

Agaknya "segala sesuatu adalah sia-sia" menjadi ungkapan "favorit" Salomo, padahal dia diberkati TUHAN menjadi raja yang penuh hikmat dan memiliki kekayaan yang tiada taranya. Hal ini membuktikan bahwa memiliki kekayaan, kecerdasan dan kekuasaan bukan kunci kebahagiaan.

PENGKHOTBAH 1 : 1 - 2
1 Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem. 2 Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.

Kata "Pengkhotbah" dalam bahasa Ibrani adalah Qoheleth, padan kata dari guru. Pada zaman itu, metode yang dilakukan guru dalam mengajar adalah dengan membawakan ceramah atau khotbah. Itulah sebabnya kata Qoheleth diterjemahkan dengan kata "Pengkhotbah".

Raja Salomo, penulis kitab Pengkhotbah, adalah seorang raja yang kaya raya dan dikaruniai hikmat yang luar biasa. Tidak ada raja-raja di bumi yang dapat menandingi kekayaan dan hikmat yang dimilikinya. Namun demikian, dia mengajarkan bahwa segala sesuatu adalah sia-sia belaka. Sungguh ironis cetusan hati raja Salomo ini. Menilik hal tersebut, mungkin kita akan berpikir, "Apa gunanya hidup ini" Apa gunanya kita beribadah kepada TUHAN?"

Mengapa Salomo sampai berpendapat bahwa segala sesuatu sia-sia belaka? Sebab hidup Salomo tidak lagi di dalam kasih karunia ALLAH. Hawa nafsu telah menggiringnya untuk memperistri 700 wanita, ditambah dengan 300 orang gundik. Mereka lah yang membelokkan hati raja Salomo dari TUHAN kepada berhala yang dipuja oleh istri-istrinya.

Memang di luar TUHAN, hidup tidak memiliki arti. Bagi setiap manusia yang berada di luar KRISTUS, kehidupan yang dijalani di dunia ini menuju satu titik, yaitu kematian. Tetapi tidak demikan dengan orang yang mengenal ALLAH. Hidup kita yang tadinya sia-sia sebelum mengenal DIA, diperbaharui dan diisi menjadi hidup yang penuh dengan kebahagiaan yang datang dari KRISTUS. Pengampunan dosa yang diberikan kepada kita membawa damai sejahtera di dalam kehidupan kita. Hidup kita tidak lagi sia-sia, namun kita memiliki tujuan hidup, yakni hidup kekal bersama dengan DIA di dalam Kerajaan Sorga.

AYUB 10 : 1
1 "Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku."

ALLAH sendiri mengatakan, bahwa Ayub adalah seorang yang hidupnya benar di hadapan ALLAH. Kendati Ayub seorang yang saleh dan beriman, namun tekanan penderitaan yang menghimpitnya sedemikian rupa telah menimbulkan kepahitan bagi jiwanya. Betapa dahsyat derita yang dialami Ayub. Seluruh hartanya habis dirampok. Dan pada saat yang bersamaan, kesepuluh orang anaknya mati diterjang badai topan. Penderitaan Ayub masih ditambah lagi dengan penyakit kulit yang menyerang dari ujung kepala hingga telapak kakinya. Belum lagi istrinya yang meninggalkannya.

Namun dalam Ayub 42 Ayub mencabut pernyataannya. Ayub mengatakan "Aku tahu, bahwa ENGKAU sanggup melakukan sesuatu dan tidak ada rencana-MU yang gagal." Ayub menyadari bahwa penderitaan yang harus ditanggungnya memang merupakan kehendak ALLAH. Mengapa TUHAN menghendaki Ayub menderita? Supaya iman Ayub semakin murni dan teruji. Penderitaan itu bukan dimaksudkan untuk merugikan Ayub. Setelah dimurnikan, Ayub mendapat ganjaran berkat ALLAH berlipat dua dibandingkan sebelumnya. Pengalaman Ayub adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Bila kita tetap setia mengiring TUHAN dalam penderitaan, maka ALLAH tentu tidak akan tinggal diam. TUHAN melakukan sesuatu bukan tanpa rencana atau tujuan. Setelah kita mengerti dan tunduk dalam rencana TUHAN, maka kita akan mengalami berkat seperti Ayub dan tidak akan mengalami kesia-siaan dalam hidup ini. Karena itu kalau kita menderita, jangan tergesa-gesa mengatakan "sia-sia menjadi orang Kristen!"

Tetapi kita patut waspada, sebab tidak semua penderitaan adalah ujian. Sebaliknya ada penderitaan yang diakibatkan kesalahan kita sendiri. Hal yang sering kita lakukan adalah tidak bertanya kepada TUHAN terlebih dahulu dalam memutuskan sesuatu, hingga akhirnya kita terperosok dalam permasalahan yang berujung pada penderitaan.

Ada pula penderitaan yang berupa pukulan dari BAPA di Sorga yang dialami oleh anak TUHAN akibat dosanya. Hajaran dari ALLAH ini janganlah kita tanggapi dengan protes, sebab BAPA memukul karena DIA sayang kepada kita, anak-anak-NYA. Pukulan tersebut dimaksudkan agar anak-anak-NYA sadar dari dosa.

AYUB 10 : 2 - 3
2 Aku akan berkata kepada ALLAH: Jangan mempersalahkan aku; beritahukanlah aku, mengapa ENGKAU beperkara dengan aku. 3 Apakah untungnya bagi-MU mengadakan penindasan, membuang hasil jerih payah tangan-MU, sedangkan ENGKAU mendukung rancangan orang fasik?

Pernyataan Ayub, "Aku akan berkata kepada ALLAH" menunjukkan bahwa Ayub merasa dirinya benar dan mau membela diri di hadapan ALLAH. Walau ALLAH sendiri mengatakan Ayub adalah seorang yang takut akan ALLAH, -bukan berarti ALLAH salah menilai Ayub- ternyata manusia memang memiliki keterbatasan. Pengetahuan manusia hanya sejauh pandangan mata saja dibandingkan dengan dalamnya pikiran dan pengetahuan ALLAH yang jauh melebihi kedalaman samudra.

Keterbatasan Ayub membuatnya cemburu terhadap orang fasik yang seolah-olah dibiarkan ALLAH berbuat semau mereka, sedangkan Ayub diizinkan ALLAH untuk mengalami penderitaan yang luar biasa. Janganlah kita iri hati tatkala melihat orang yang berbuat jahat tetapi tidak menerima hukuman. Sebab mereka bukanlah anak-anak TUHAN, sehingga TUHAN membiarkan mereka bertingkah laku seperti "bapak mereka". Nanti pada saatnya kelak, mereka akan menerima hukuman di dalam neraka.

Paulus mengajarkan dalam Ibrani 12 : 5 agar kita tidak menganggap enteng didikan ALLAH. Memang bukan hal yang menyenangkan pada saat kita dididik oleh BAPA kita, tetapi justru kita harus mengucap syukur. Hal itu hanya kita alami sementara saja. Setelah kita memahami pelajaran berharga yang kita terima dari ALLAH, kita akan menuai hasilnya. Penderitaan sementara yang dialami saat dididik ALLAH tersebut sangat tidak berarti dibandingkan dengan buah yang akan kita petik.

AYUB 10 : 6 - 7
6 sehingga ENGKAU mencari-cari kesalahanku, dan mengusut dosaku, 7 padahal ENGKAU tahu, bahwa aku tidak bersalah, dan bahwa tiada seorangpun dapat memberi kelepasan dari tangan-MU?

Apakah mungkin ALLAH mencari-cari kesalahan Ayub seperti yang diutarakannya pada ayat di atas? Apakah untungnya bagi ALLAH berbuat seperti yang dituduhkan Ayub? Justru TUHAN YESUS rela meninggalkan singgasana-NYA di Sorga, untuk lahir di kandang Betlehem yang kotor hingga naik ke kayu salib. Semua itu dilakukan-NYA tentu bukan untuk mencari-cari kesalahan manusia, tetapi untuk mengampuni dosa kita.

Yakobus 1 : 17 mengatakan, bahwa semua yang datang dari atas, artinya berasal dari ALLAH itu pastilah merupakan pemberian yang baik. ALLAH tidak mungkin mencari gara-gara dengan manusia atau ALLAH melakukan kesalahan sehingga Ayub menderita. Tidak mungkin ALLAH berbuat demikian!

AYUB 31 : 24 - 28
24 Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas, dan berkata kepada kencana: Engkaulah kepercayaanku; 25 jikalau aku bersukacita, karena kekayaanku besar dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah; 26 jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya, 27 sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya, 28 maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena ALLAH yang di atas telah kuingkari.

Salah satu hal yang membuat kita menderita adalah dosa kita. Seringkali kita tidak menyadari bahwa perbuatan kita itu termasuk dosa, sebab kita menyangka bahwa yang termasuk dalam kategori perbuatan dosa hanyalah membunuh, mencuri, berzina, merampok. Pandangan tersebut menyesatkan kita. Sebab menurut ayat-ayat di atas, bersandar kepada uang sudah merupakan dosa di hadapan ALLAH. Banyak orang Kristen yang memuja uang dan mengangkatnya sebagai majikannya, padahal sebenarnya uang adalah budak kita. Manusia lah yang menciptakan uang. Merupakan hal yang aneh bila kita justru menjadi budak uang. Bukan berarti orang Kristen tidak boleh kaya, tetapi yang tidak boleh kita lakukan adalah mencintai uang dan kekayaan. Hal lain yang termasuk kejahatan di hadapan ALLAH adalah menyanjung matahari, yang bermakna memuja berhala. Sebab dengan "menyembah" uang ataupun hal-hal lainnya, maka kita sudah mendua hati. ALLAH bukan lagi satu-satunya yang kita sembah.

HAGAI 1: 6 - 11
6 Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang! 7 Beginilah Firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! 8 Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka AKU akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-KU di situ, Firman TUHAN. 9 Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, AKU menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah Firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-KU yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri. 10 Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya, 11 dan AKU memanggil kekeringan datang ke atas negeri, ke atas gunung-gunung, ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas minyak, ke atas segala yang dihasilkan tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke atas segala hasil usaha."

Kita seringkali heran mengapa setiap usaha yang kita lakukan tidak membuahkan hasil sama sekali. Sepertinya sia-sia segenap waktu, pikiran maupun tenaga yang telah kita curahkan dalam bekerja. Ibarat menyimpan uang dalam pundi-pundi yang berlubang! Bila hal itu terjadi dalam kehidupan kita, apa yang perlu kita lakukan? Koreksilah kehidupan rohani kita apakah kita sudah berjalan menurut nasehat dari TUHAN yang disampaikan melalui nabi Hagai ini.

Sudahkah kita membawa kayu untuk membangun Rumah ALLAH? Yang dimaksudkan adalah sudahkah diri kita dibentuk menjadi Gereja TUHAN yang kokoh? Kita sebagai bangunan Gereja TUHAN akan berdiri, bila kita telah memiliki iman dan membuka hati untuk Firman, yang adalah YESUS sendiri. Bila kita sudah menjadi Rumah ALLAH di mana ROH ALLAH sudah berdiam di dalam kita, maka pundi-pundi kita tidak lagi berlubang. Namun hal sebaliknya akan terjadi bila kita membiarkan Rumah ALLAH masih menjadi reruntuhan, artinya hati kita masih belum dibangun menjadi Bait-NYA yang kudus. Keengganan kita dalam mendirikan Rumah ALLAH, akan menyebabkan ALLAH menutup langit sehingga embun dan hujan tidak akan membasahi ladang usaha kita.

Dari nasehat TUHAN yang telah kita pelajari, sekarang kita paham bahwa penderitaan karena gagalnya segala usaha kita adalah karena kesalahan kita sendiri. Oleh karena itu, marilah kita mengutamakan TUHAN dengan membangun diri kita sebagai Bait-NYA.

PENGKHOTBAH 1 : 9 - 10
9 Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. 10 Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru!"? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada.

Berbicara mengenai mode busana, sekilas terjadi perubahan yang demikian cepat. Mode tertentu yang menjadi trend di tahun, bahkan di bulan ini, mungkin sudah akan bergeser di bulan berikutnya. Tetapi bila kita mengamatinya lebih seksama, mode yang terbaru sebenarnya hanyalah pengulangan atau perpaduan bentuk lama yang diimbuhi sentuhan masa kini agar terkesan sebagai kreasi baru.

Namun bukan itu yang akan kita bicarakan di sini. Dari pengajaran raja Salomo tersebut, terkandung arti rohani yang akan kita telusuri maknanya. Sejak zaman Adam dan Hawa hingga zaman modern ini, tidak tercatat adanya hal yang baru pada manusia. Terdapat kesamaan apakah antara Adam dan orang-orang yang lahir setelahnya? Tidak seorang pun yang yang tidak berbuat dosa. Sepanjang zaman, tidak ada seorangpun yang suci. Semua manusia berlumuran dosa. Mengapa demikian? Dengan ilham dari ALLAH, Ayub menyajikan jawabannya bagi kita.

AYUB 14 : 4
4 Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!

Setelah manusia pertama jatuh dalam dosa akibat bujukan iblis di taman Firdaus, maka seluruh keturunan yang dilahirkannya tidak ada yang bebas dari dosa. Bagaimana supaya kita dapat menjadi manusia baru yang merdeka dari ikatan dosa? Kalau kita mencari TUHAN dan membangun diri kita untuk menjadi Bait-NYA yang kudus. Kelahiran manusia baru yang terbebas dari kenajisan dosa yang kita bawa sejak kita lahir hanyalah dengan satu jalan, seperti yang dinyatakan dalam kitab Yehezkiel.

YEHEZKIEL 37 : 11 - 14
11 Firman-NYA kepadaku: "Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel. Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang. 12 Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah Firman TUHAN ALLAH: Sungguh, AKU membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-KU, dari dalamnya, dan AKU akan membawa kamu ke tanah Israel. 13 Dan kamu akan mengetahui bahwa AKU lah TUHAN, pada saat AKU membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-KU, dari dalamnya. 14 AKU akan memberikan ROH-KU ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan AKU akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa AKU, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah Firman TUHAN."

Dosa mengakibatkan kematian rohani, kendati secara jasmaniah masih hidup. Manusia yang telah mati rohani digambarkan sebagai tulang-tulang yang berserakan. ALLAH mengutus nabi Yehezkiel untuk menyampaikan nubuat atau Firman kepada tulang-belulang yang sudah kering, tanpa harapan itu. Ajaib! Tulang-tulang yang sudah mati itu bangkit dan hidup! ROH ALLAH yang dihembuskan atas tulang-tulang itu, menjadikannya manusia-manusia baru yang bangkit dari kubur. Gambaran yang serupa dengan yang dialami oleh Lazarus yang telah terbaring di dalam kubur selama empat hari, namun secara ajaib hidup kembali setelah dibangkitkan oleh TUHAN YESUS.

Hidup yang baru ini sama sekali berbeda dengan orang dunia. Sebab manusia baru menjadi hidup setelah ROH ALLAH dihembuskan padanya atau setelah kita menerima Firman (sebab Firman adalah ROH yang menghidupkan). Hidup kita sebagai manusia baru adalah kehidupan yang penuh pengharapan. Hidup yang tidak sia-sia karena kita adalah anak-anak ALLAH pewaris Kerajaan Sorga. Jika kita sudah dibangun menjadi Rumah ALLAH, dimana ROH ALLAH tinggal di dalam kita, maka damai sejahtera yang melampaui segala akal akan memelihara hidup kita. Dengan demikian angin kencang atau awan kelabu tidak akan menimbulkan kecemasan bagi kita kala mendayung biduk di tengah lautan kehidupan. Amin.

more >>Renungan

Post a Comment